CERPEN
INIKAH
RENCANA MU
Usai
mengamen sabtu itu.Aku duduk di warung kecil pinggir jalan.Siang itu sangat
terik,sembari aku termenung dan terus berfikir kapan hidup ini akan berubah.Aku
ingin lepas dari kesengsaraan ini.Ingin menghirup udara segar tanpa beban
sdikit pun.Terkadang aku cemburu melihat anak-anak yang hanya terpanku tangan
meminta uang kepada orang tua mereka.Rasanya aku ingin seperti mereka.
Namun
itu sangat mustahil,karena aku hanya berjuang sendirian menghidupi hidupku ini.
Yang ingin tidur saja harus berebut tempat dengan para gelandangan, mencari
kios- kios kosong dan sepi setiap hari. Tidur beralaskan tanah dan beratapkan
langit. Terkadang ditangkap satpol PP ataupun disiram bahkan diusir dari kios
tersebut.
Hal
ini sangat berbeda dengan kehidupanku dulu, yang hanya menjetikkan jari dan
semua yang kuinginkan terwujud. Kadang aku bertanya. “Apakah Tuhan masih peduli
denganku?”. Seperti inikah rasanya ketika orang yang kita sayang harus pergi
secepat ini. Miris rasanya hati ini mengingat kejadian itu.
Ketika
bencana itu seketika datang menjemput mereka. Ini bermula ketika aku tengah
pulang kerumah usai berbelanja di pasar, Minggu itu. Tiba langit mendung dan
guncangan hebat itu datang dan meruntuhkan bangunan-bangunan disekitarku. Aku
berhasil menyelamatkan diri. Namun, hal ini tidak berpihak pada kedua orang
tuaku yang tewas tertimbun puing-puing
reruntuhan bersama para warga yang juga tewas saat kejadian itu.
Pahit
rasanya mengingat kejadian itu. Aku benci dengan keadaanku sekarang, “Mengapa?,
Mengapa?, dan Mengapa bukan aku saja yang berada diposisi mereka?”. Namun, itu
hanya akan menjadi bunga tidurku. Berkali-kali aku mencoba bunuh diri, namun
hasilnya nihil. Aku selalu selamat dari maut.
Sekarang
aku hanya bisa pasrah dengan keadaanku ini. “Kapan aku bisa menyusul mereka yang
lebih dulu meninggalkanku?”.
Hal inilah yang terus aku pertanyakan. Aku ingin lepas dari kemelaratan
ini, ingin kembali berkumpul dengan mereka seperti dulu.
Namun,
semua keluh kesahku itu berubah sejak Rabu sore, ketika kau menyelamatkan nyawa
seorang kakek dari maut yang akan menjemputnya.
Kejadian
ini terjadi saat aku tengah santainya berjalan di pinggir rel kereta api
menghitung uang hasil mengamenku sore itu. Namun, tak kusangka tiba-tiba ada
seorang kakek bersama cucunya menyebrangi rel kereta api. Dari arah yang
berlawanan kereta api jurusan Sidoarjo-Madura dengan lajunya akan menabrak
kakek dan cucunya itu. Cucu kakek itu berhasil lari.Namun, sikakek hanya
terdiam dan bingung.
Cucu
kakek itu terus berteriak agar kakeknya menepi. Namun,kakek yang menerima
tekanan mental, tidak memperdulikan teriakan sicucu dan malah teriak histeris
di rel kereta api. Aku lantas berfikir,”bagaimana keadaan cucu kakek tersebut
jika harus kehilangan orang yang dia sayang?”. Apa nasibnya akan sama
denganku?”.
Tanpa
berfikir panjang lagi aku langsung menolong kakek tersebut. Padahal, sejak
kejadian itu, aku tidak pernah peduli dengan orang lain,bahkan mau mengorbankan
nyawaku sendiri,hanya untuk menolong seorang kakek , yang sama sekali tak ku
kenal.
Tanpa
sadar, aku kembali melakukan hal itu, menolong sesama yang dulu sering
kulakukan saat kedua orang tuaku masih hidup. Seketika, kereta api itu tepat berada
dihadapanku, aku bingung harus melakukan apa.
Tiba-tiba
pencerahan itu datang, aku berhasil menyelamatkan nyawa kakek tersebut. Dengan
wajah gembira aku menitikkan air mata haru, melihat cucu kakek yang langsung
memeluk kakeknya.
Seketika
cucu kakek itu mengucapkan sebuah kata yang sangat asing bagiku. “Terima
kasihKak”, semua orang menoleh padaku, Aku merasa seperti terlahir kembali
didunia ini. Aku tidak dapat menahan tetesan air mata ini, aku langsung
berlari, meninggalkan kakek dan cucunya itu. “Alhamdulillah kakek itu selamat”.
Waw, aku kembali bisa mengucapkan kata-kata itu.
Sejak
kejadian itu, hidupku terasa lebih mudah, beban yang kupikal terasa lebih
ringan. Aku juga mulai bisa kembali menghargai orang lain. Dan aku berjanji
tidak akan pernah menyia-nyiakan hidupku ini. Karena,kehidupan biasanya
diperuntuhkan hanya untuk orang tertentu saja. Ini adalah rencana ALLAH yang
tidak ada seorang pun yang mampu mengetahuinya.
BIODATA
Nama : Nurlatifah Amu
TTL : Sidrap/05 Maret 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl.Jend.Sudirman No. 37
Cita-cita : Insinyur
Hobi : Nonton sambil baca buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar